Makassar-CT.Terlahir dari keluarga seorang petani, membentuk karakternya menjadi pemuda yang gagah berani dan pekerja keras. Ialah Jabal Nur, pemuda daerah asal Kabupaten Bantaeng yang meneguhkan niatnya untuk maju pada Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Makassar.
Berbeda dengan anak-anak seusianya, sejak kecil ia telah belajar arti sebuah kerja keras dan usaha. Semasa sekolahnya di bangku SD, ia acap kali berjualan jeruk nipis. Sore hari ia memanen di kebun milik orangtuanya, esoknya ketika berangkat ia lalu menjual hasil panennya tersebut.
Memasuki usia remaja, ia berani mengambil keputusan berangkat ke Kota untuk melanjutkan SMA. Ia memilih untuk tinggal di asrama mahasiswa asal daerahnya.
Pengalamannya dalam berdagang pun diikutkan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari di Kota, Jabal nyambi sebagai penjual handphone juga sebagai tukang ketik di salah satu kampus dekat asramanya.
Sebuah kebanggaan tersendiri saat diusia remaja, bisa melanjutkan pendidikan sembari bekerja untuk meringankan beban orangtua. Jabal selalu menggaungkan kalimat ‘masa sudah SMA, sudah besar masih dibiayai orangtua’ dan tunggu kiriman orangtua’.
“Saya dari kecil sudah mandiri. Ikut memanen, jualan jeruk nipis. Hasilnya ditabung untuk kebutuhan sekolah,” ucap Jabal Nur.
Terbiasa berinteraksi dengan mahasiswa membawa pola pikir Jabal semakin matang. Ia mempelajari sedikit demi sedikit kondisi kemahasiswaan, dunia pendidikan, dan sistem pemerintahan di Kota Makasar.
Alumnus peternakan Universitas Hasanuddin ini semasa kuliahnya aktif mengikuti organisasi, baik eksternal maupun internal kampus. Ia merupakan sosok yang selalu menyukai tantangan, itulah yang mendorong dirinya untuk terus mencoba dan menemukan hal baru agar wawasannya lebih luas.
“Saya sangat suka tantangan. Apalagi kalau di desa saya belum ada sarjana pada waktu itu, jadi saya terus berusaha agar bisa melanjutkan pendikan,” ucapnya.
Berkecimpung di berbagai organisasi di Kota Makassar seperti HMI, KNPI, Pemuda Muhammadiyah, ISMAPETI, HPMB, KAHMI dan beberapa organisasi lainnya membuat karakter lelaki kelahiran 1983 ini semakin terbentuk. Ditempa dengan berbagai guncangan pengalaman dan pemahaman keorganisasian serta perpolitikan menjadi bekalnya hingga sampai ke titik ini.
Karirnya di dunia politik dimulai pada tahun 2008 lalu. Ia memutuskan untuk masuk ke ranah tersebut lantaran segala sesuatu berhubungan dengan perpolitikan, ia ingin menjadi bagian dari pengambilan kebijakan-kebijakan politik dalam pemerintahan.
Pada Pilkada Bantaeng lalu, ia pun andil mengambil bagian. Politisi PAN ini menjadi salah satu calon Bupati Bantaeng. Meski kandas, ia tak putus asa. Usaha terus dilakukan oleh lelaki usia 33 tahun ini. Baginya, politik layaknya sebuah tryout yang mana melatih diri terus menerus agar bisa lolos dan mengetahui letak kekurangan.
Ia juga pernah menjadi salah satu bagian konsultan politik. 10 tahun ia berkiprah di tempat tersebut, sehingga ia betul-betul memahami statistik di bidang perpolitikan hingga mengolah dan menyajikan data untuk dikonsumsi publik.
Kini, Direktur PT Tebet Jaya Indonesia ini memberanikan diri untuk maju di Pilkada Serentak 2020 khususnya di Makassar. Ia merasa resah dan jengkel atas tata kelola yang berlaku di tanah daeng ini.
Konsep dan program yang ditawarkan pun tak lazim, ia berbeda dengan petarung Pilwakot lainnya. Jabal satu-satunya bakal calon yang menerapkan sistem teknologi informasi untuk memfasilitasi perjalanannya pada Pilwalkot ini. Akun Facebook, Instagram, YouTube dan sosial media lainnya dimanfaatkan untuk mempublikasikan dirinya di masyarakat.
Bahkan ia bersama timnya sudah mulai menyasar masyarakat, mengedukasi cara menggunakan IT. Sehingga masyarakat tak lagi awam dan gagap dalam menghadapi era kini, yang tak lama lagi memasuki industri 4.0.
“Saya mau terapkan sistem IT. Kalau sosialisi dan kampanye menggunakan baligho di jalan itu sudah metode awam, jadul. Untuk menjadi smart city kita harus ikuti perkembangan,” katanya.
(Red)
Leave a Reply